INDAHNYA
MEMBIASAKAN DIRI BERSHADAQAH
Dr.H.Shobahussurur,M.A.
“Sesungguhnya orang-orang yang
bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan suka meminjami Allah dengan
pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan bagi mereka; dan bagi mereka
pahala yang mulia”.(QS. Al-hadid/57:18).
Kata-kata shadaqah beserta dalam
bentuk perubahannya didalam Al-Quran untuk menunjuk pada makna sedekah,
disebutkan sebanyak 20 kali, shadaqah itu sendiri secara lughawi (kebahasan)
berarti kebenaran. Didalam kata shadaqah mengandung makna jujur dan ikhlas.
Khalifah pertama, Abu Bakar, nendapat gelar al-Shiddiq, karena kejujurannya
yang selalu membenarkan segala apa yang datang dari Rosulullah SAW, memberikan
harta kepada orang lain digunakan istilah shadaqah karena seharusnya sedekah
itu dilakukan dengan benar, yaitu dengan jujur, tulus ikhlas karena Allah,
tidak mencari pamrih dari manusia. Diantara sedekah itu ada yang bersifat wajib
yaitu zakat, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT : ”Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah orang-orang fakir, orang-orang miskin,
oengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan
orang-orang yang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS.al-Taubah/9:60). Dan
ada pula yang bersifat sedekah tathawwu’(sunah), yang diberikan secara
sukarela.
Buya
hamka dalam member tafsir Q.S al-hadid/57: 18 diatas, menjelaskan kenapa Allah
menyebutkan orang yang suka bersedekah itu dengan meminjami Allah. Karena orang
itu memberikan terlebih dahulu harta atau rezeki yang dianugrahkan Allah
kepadanya. Allah berjanji akan membayar itu kelak lebih banyak dan lebih mulia.
Didalam ayat yang lain Allah berfirman: “Siapakah yang akan memberi pinjaman
kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan
baginya, dan baginya adalah pahala yang
mulia.”. (QS. Al-Hadid/9:11). Allah juga akan melipatgandakan pahala
yang akan didapat karena tidak mementingkan diri sendiri. Cintanya kepada
saudaranya menyebabkan hatinya kaya dan terbuka sehingga memudahkan untuk
memberikan sedekah kepada orang lain. Hati yang terbuka itu adalah hati yang
penuh cahaya terang yang terus menyinari dirinya dalam kehidupan didunia dan
diakhirat, (buya Hamka. Tafsir Al-Azhar, juz 27,1987:293).
Allah
berjanji bahwa satu kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan menjadi
sepuluh kali lipat. “Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala
sepuluh kali lipat amalnya”. (QS. Al-An’am/6:160). Allah juga menjelaskan akan
melipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah SWT: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tipa bulir: seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) bagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah/2:261).
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang sahabat dari kaum Anshar bernama Abu
Dahdaah menghadap kepada Rasulullah SAW untuk bertanya: “Ya Rasulullah,
benarkah kalau kita bersedekah mengeluarkan nafkah sama dengan kita meminjami
Allah sebagai qhard (pinjaman)?. Rasulullah SAW menjawab: “Benar wahai Abu
Dahdaah’/ lantas Abu Dahdaah berkata: “Ya Rasulullah, kemarikanlah tanganmu”.
Kemudian Rasulullah memberikan tangan beliau kepadanya, tangan Rasulullah
dipegang Abu Dahdaah sambil berkata: “Mulai hari ini saya pinjamkan kepada
Allah pekaranganku. Didalam pekarangan itu terdapat 6000 pohon kurma, Istriku,
Ummu Dahdaah, dan keluargaku semua ada disana sekarang”. Rasulullah lalu diajak
oleh Abu Dahdaah menuju halaman rumah itu dan dipanggil istrinya, Abu Dahdaah
berkata kepada istrinya: “Wahai Ummu
dahdaah, rumah ini dan segala pekarangannya telah aku pinjamkan kepada Allah.
Oleh sebab itu marilah keluar semua seisi rumah”. Ummu Dahdaah menjawab: “Satu
pinjaman yang sangat beruntung, wahai Abu Dahdaah’. Mereka lantas bergegas
mengeluarkan harta miliknya dari rumah itu. Setelah itu Rasulullah SAW
bersabda: “Allah akan mengganti untuk Abu Dahdaah sekeluarga sebuah dalam rumah
yang bertahtakan intan berlian”. (Buya Hamka, Tafsir At-Azhar, juz
27,1987:282).
Abu
Dahdaah adalah salah satu contoh dari seorang yang suka bersedekah dengan benar
dan jujur, danpleh karenanya dia termasuk orang-orang yang shiddiqin
(orang-orang yang benar, yang jujur) yang tidak merasa keberatan untuk
mengeluarkan sedekah.
Sebagiamana
disebutkan dalam Al-Quran:” Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi
disisi Tuhan Mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya meraka. Dan orang-orang yang
kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka”.
(QS. Al-Hadid/57:19). Mereka itu mendapatkan nur (cahaya) dai Allah. Mereka
dikeluarkan dari gelap gulita menuju kepada cahayaterang benderang, menuju nur
yang bercahaya dalam jiwa. Sehingga jalan yang akan ditempuh itu tidak pernah
tersangkut, tersesat karena gelap. Cahaya terang itu telah diberikan didalam
jiwa yang tidak akan sirna meskipun kematian telah merenggutnya. Nur itu akan
dibawa hinggga akhirat. Nur itu diterima oleh mereka baik laki-laki maupun
perempuan tanpa dibedakan.
Mari
kita berlomba-lomba memberikan sedekah. Di depan mata kita jutaan oang
miskinyang menengadahkan tangan-tangan mereka. Banyak anak-anak yang tidak
dapat melanjutkan sekolah karena batasan biaya. Disekitar kita banyak lembaga
Islam yang terseok-seok membuthkan aluran tangan. Bisakah kita meminjami Allah
untuk hal itu.
Wallahu
A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar