Jumat, 21 Juni 2013

INDAHNYA MEMBIASAKAN DIRI BERSHADAQAH



INDAHNYA MEMBIASAKAN DIRI BERSHADAQAH
Dr.H.Shobahussurur,M.A.

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan suka meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan bagi mereka; dan bagi mereka pahala yang mulia”.(QS. Al-hadid/57:18).
            Kata-kata shadaqah beserta dalam bentuk perubahannya didalam Al-Quran untuk menunjuk pada makna sedekah, disebutkan sebanyak 20 kali, shadaqah itu sendiri secara lughawi (kebahasan) berarti kebenaran. Didalam kata shadaqah mengandung makna jujur dan ikhlas. Khalifah pertama, Abu Bakar, nendapat gelar al-Shiddiq, karena kejujurannya yang selalu membenarkan segala apa yang datang dari Rosulullah SAW, memberikan harta kepada orang lain digunakan istilah shadaqah karena seharusnya sedekah itu dilakukan dengan benar, yaitu dengan jujur, tulus ikhlas karena Allah, tidak mencari pamrih dari manusia. Diantara sedekah itu ada yang bersifat wajib yaitu zakat, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT : ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah orang-orang fakir, orang-orang miskin, oengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS.al-Taubah/9:60). Dan ada pula yang bersifat sedekah tathawwu’(sunah), yang diberikan secara sukarela.
Buya hamka dalam member tafsir Q.S al-hadid/57: 18 diatas, menjelaskan kenapa Allah menyebutkan orang yang suka bersedekah itu dengan meminjami Allah. Karena orang itu memberikan terlebih dahulu harta atau rezeki yang dianugrahkan Allah kepadanya. Allah berjanji akan membayar itu kelak lebih banyak dan lebih mulia. Didalam ayat yang lain Allah berfirman: “Siapakah yang akan memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan baginya, dan baginya adalah pahala yang  mulia.”. (QS. Al-Hadid/9:11). Allah juga akan melipatgandakan pahala yang akan didapat karena tidak mementingkan diri sendiri. Cintanya kepada saudaranya menyebabkan hatinya kaya dan terbuka sehingga memudahkan untuk memberikan sedekah kepada orang lain. Hati yang terbuka itu adalah hati yang penuh cahaya terang yang terus menyinari dirinya dalam kehidupan didunia dan diakhirat, (buya Hamka. Tafsir Al-Azhar, juz 27,1987:293).
Allah berjanji bahwa satu kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. “Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya”. (QS. Al-An’am/6:160). Allah juga menjelaskan akan melipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tipa bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) bagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah/2:261).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang sahabat dari kaum Anshar bernama Abu Dahdaah menghadap kepada Rasulullah SAW untuk bertanya: “Ya Rasulullah, benarkah kalau kita bersedekah mengeluarkan nafkah sama dengan kita meminjami Allah sebagai qhard (pinjaman)?. Rasulullah SAW menjawab: “Benar wahai Abu Dahdaah’/ lantas Abu Dahdaah berkata: “Ya Rasulullah, kemarikanlah tanganmu”. Kemudian Rasulullah memberikan tangan beliau kepadanya, tangan Rasulullah dipegang Abu Dahdaah sambil berkata: “Mulai hari ini saya pinjamkan kepada Allah pekaranganku. Didalam pekarangan itu terdapat 6000 pohon kurma, Istriku, Ummu Dahdaah, dan keluargaku semua ada disana sekarang”. Rasulullah lalu diajak oleh Abu Dahdaah menuju halaman rumah itu dan dipanggil istrinya, Abu Dahdaah berkata kepada istrinya:  “Wahai Ummu dahdaah, rumah ini dan segala pekarangannya telah aku pinjamkan kepada Allah. Oleh sebab itu marilah keluar semua seisi rumah”. Ummu Dahdaah menjawab: “Satu pinjaman yang sangat beruntung, wahai Abu Dahdaah’. Mereka lantas bergegas mengeluarkan harta miliknya dari rumah itu. Setelah itu Rasulullah SAW bersabda: “Allah akan mengganti untuk Abu Dahdaah sekeluarga sebuah dalam rumah yang bertahtakan intan berlian”. (Buya Hamka, Tafsir At-Azhar, juz 27,1987:282).
Abu Dahdaah adalah salah satu contoh dari seorang yang suka bersedekah dengan benar dan jujur, danpleh karenanya dia termasuk orang-orang yang shiddiqin (orang-orang yang benar, yang jujur) yang tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan sedekah.
Sebagiamana disebutkan dalam Al-Quran:” Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi disisi Tuhan Mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya meraka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka”. (QS. Al-Hadid/57:19). Mereka itu mendapatkan nur (cahaya) dai Allah. Mereka dikeluarkan dari gelap gulita menuju kepada cahayaterang benderang, menuju nur yang bercahaya dalam jiwa. Sehingga jalan yang akan ditempuh itu tidak pernah tersangkut, tersesat karena gelap. Cahaya terang itu telah diberikan didalam jiwa yang tidak akan sirna meskipun kematian telah merenggutnya. Nur itu akan dibawa hinggga akhirat. Nur itu diterima oleh mereka baik laki-laki maupun perempuan tanpa dibedakan.
Mari kita berlomba-lomba memberikan sedekah. Di depan mata kita jutaan oang miskinyang menengadahkan tangan-tangan mereka. Banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena batasan biaya. Disekitar kita banyak lembaga Islam yang terseok-seok membuthkan aluran tangan. Bisakah kita meminjami Allah untuk hal itu.
Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar